Wisata Ke Aceh, Mengagumi Keindahan Alam Sambil Mengenang Tsunami

Sudah tujuh belas tahun lamanya semenjak gempa bumi berskala richter 9.1-9.3 dan memicu serangkaian tsunami di sepanjang pesisir daratan yang berbatasan dengan Samudra Hindia pada 25 Desember 2004. Gelombang tsunami yang tingginya ratusan ribu jiwa di 14 negara. Aceh adalah daratan yang paling dekat dengan episentrum gempa bumi Samudra Hindia. Sekitar 170.000 orang tewas atau hilang akibat bencana tersebut.

Ternyata ada hikmah dan rahasia Tuhan dibalik musibah itu. Kerusakan yang meluas akibat tsunami membuat kelompok pemberontak Gerakan Aceh Merdeka yang sebelumnya terus melancarkan teror kepada warga, menyatakan gencatan senjata pada 28 Desember 2004, diikuti oleh pemerintah Indonesia. NKRI terjaga kembali!

Kini, provinsi Nanggroe Aceh Darussalam sudah menata kembali kehidupan mereka, membangun ulang sarana pendukung pariwisata untuk menarik lebih banyak lagi turis kembali ke Aceh. Banyak juga tempat wisata baru bermunculan yang berkaitan dengan bencana dahsyat tersebut loh. Simak dulu nih tempat-tempat in yang sayang untuk dilewati kalau kamu ada kesempatan main ke Aceh!

Museum Tsunami: Dibangun untuk mendedikasikan memori akan bencana Tsunami, museum tersebut dirancang oleh Bapak Ridwan Kamil. Tempat ini punya struktur empat lantai dengan luas 2.500 m² yang dinding lengkungnya ditutupi relief geometris. Pengunjung masuk melalui lorong sempit dan gelap di antara dua dinding air yang tinggi untuk menciptakan kembali suasana dan kepanikan saat Tsunami. Ada ruangan untuk mengenang para korban yang nama-namanya dituliskan pada dinding museum dan dibagian paling atas sekali atap terukir lafadz Allah SWT. Isi ruangan di tiap lantai juga informatif dan edukatif. Ketika kemari sebaiknya perhatikan jam, bila sudah mendekati waktu shalat sebaiknya cepat-cepat merapat ke pintu keluar.

museumtsunami.id/galeri/


Kapal Apung Lampulo: Sebagai adalah salah satu wilayah terparah yang terkena gelombang Tsunami, membuat sebuah kapal nelayan yang sering digunakan oleh masyarakat buat melaut terseret sampai ke pemukiman warga. Sejumlah orang naik dan masuk ke dalam kapal tersebut sehingga menyelamatkan mereka dari terjangan gelombang tsunami. Rumah tempat bertengger kapal tersebut adalah miliki Ibu Abasiah dan sebanyak 59 orang berhasil memanjat kedalamnya waktu bencana datang. Kini di rumah tersebut yang tersisa hanyakerangka kapal dan dijadikan cagar budaya yang dilindungi oleh pemerintah dan dikelola pemilik rumah sendiri. Mampir kesini yuk!

Masjid Rahmatullah Lampuuk:  Terletak di Kabupaten Aceh Besar, kira-kira sekitar 15 KM dari Banda Aceh. Mesjid Lampuuk yang berjarak hanya 500-meter dari pantai Lampuuk ini adalah bangunan yang kerangkanya masih berdiri kokoh setelah dihantam gelombang Tsunami. Masjid ini kemudian direnovasi dengan dana bantuan dari Bulan Sabit Merah Turki. Dibeberapa bagian masih bisa terlihat sisa-sisa tiang patah dan beberapa reruntuhan yang dibiarkan agar bisa menjadi memori yang dikenang. Foto-foto tentang Tsunami juga masih diletakkan dibagian belakang dengan logo ‘Jangan Lupakan Tsunami’

brilio.net

Pantai Lampuuk: Pantai Lampuuk dulunya merupakan salah satu primadona wisata Aceh Besar sebelum terjadi tsunami. Hotel-hotel yang berada di tepi pantai dan pemukiman penduduk di sekitarnya hancur dihempas gelombang besar. Sekarang keadaanya keliatan sudah hampir normal kembali bahkan sudah ada bungalow-bungalow berdiri di tepi pantai maupun di sisi tebing.

Titik Nol KM, Pulau Weh: Sayang banget sudah sampai Banda Aceh tapi tidak menyeberang ke pulau sebelahnya. Untuk mencapai Sabang. kita bisa berangkat dari Pelabuhan Ulee Lheue (Banda Aceh) ke Balohan, Sabang dengan dua pilihan ; pertama kapal cepat bernama KM. Express Cantika 89  dengan perjalanan 1 jam atau dengan kapal lambat bernama KMP. BRR & KMP dengan jarak tempuh sampai 2.5 jam. Tugu Kilometer Nol ada di Desa Iboih dimana sepanjang perjalanan menuju ke Tugu Nol Kilometer, kita bakal berpapasan dengan kawanan monyet yang bergelantungan mengharapkan makanan dari para wisatawan. Ketika sampai di titik tersebut kamu juga bisa berfoto sambil menunggu matahari tenggelam yang indah.

Pantai Rubiah, Sabang : Sebelum menyeberang ke Rubiah, kita bisa melakukan banyak aktivitas di Iboih seperti makan siang disalah satu rumah makan sepanjang jalan, jajan street food, dan ngopi-ngopi. Kalau sudah siap menyeberang kita bisa tawar menawar untuk menyewa mulai dari alat snorkling lengkap, kapal untuk menyeberang, sampai alat diving di kios-kios. Kamu bakalan betah berlama-lama di Pulau Rubiah karena keindahan pantainya dan bawah lautnya yang cantik. Kalau kamu memutuskan untuk duduk-duduk santai juga banyak sekali pondokan yang menjual makanan minuman buat kamu nongkrong seharian. Buat yang tertarik mencoba diving, menurut kabar yang beredar harga disini jauh lebih terjangkau

Benteng Jepang, Sabang:  Konon katanya dulu berfungsi sebagai pos-pos pengintaian untuk mengantisipasi serangan musuh dari arah laut lepas. Beberapa bunker tersebut memiliki terowongan bawah tanah menuju ke Bukit Layang yang menjadi pusat komando pasukan Jepang. Bukan hanya nilai historisnya yang sangat tinggi, tapi pemandangan di sekitarnya sangat indah. Untuk mencapai titik ini kita harus meniti barisan tangga menanjak tapi tidak terlalu melelahkan, kemudian menaiki sisa-sisa bangunan benteng yang tertanam di tanah tersebut. Nah dari situ kalian tinggal memandang lepas ke depan, kiri dan kanan. Sungguh indah laut biru tua berpadu mesra dengan langit biru muda disisipi hijaunya bukit dimana bekas benteng itu berdiri. Menengok kesebelah kanan sudah bisa terlihat dari kejauhan garis pantai Anoi Itam yang terkenal dengan pasirnya yang berwarna hitam.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here