Kerupuk Udang dan Turkish Delight

kerupuk udang dan turkish delight

Kerupuk udang dan Turkish Delight ada di atas kursi. Mereka saling beradu pandang di kursi kayu berlogo BBS. Tidak kalah dengan si empunya camilan setoples kerupuk udang dan sekotak Turkish Delight.

Mata mereka berbicara dalam diam. Ariqa memandang sekotak Turkish Delight yang dibeli nya. Kotak itu ada di tengah kiri kursi kayu dengan panjang satu meter. Kotak karton segienam bertuliskan Turkish Delight dengan rasa buah campur.

Sementara Cihan memperhatikan sekantong kerupuk udang yang dibawa nya. Kantong itu ditaruh di tengah kanan dari kursi kayu. Udara dingin awal Januari 2021 di sekitaran Birmingham Business School tidak menghalangi mereka untuk berlama-lama duduk di kursi kayu itu.

Sepuluh menit berselang, Cihan buka suara dalam bahasa Turki menanyakan apakah Ariqa berasal dari Turki.

“Aku dari Balikpapan, Indonesia”, jawab Ariqa dalam bahasa Inggris.

“Kau dari Indonesia?”, lanjut nya.

Kedua nya langsung tersenyum menyadari kekeliruan mereka. Cihan mengira Ariqa berasal dari Turki karena dia membawa sekotak Turkish Deligth. Ariqa juga mengira Cihan berasal dari Indonesia karena dia membawa sekantong kerupuk udang.

Mendadak sontak Ariqa yang sangat pendiam dan rajin menjadi fasih bicara berhadapan dengan Cihan. Seorang pria usia 30 tahun yang sangat periang dan dewasa.

“Sudah berapa lama kuliah di BBS?” tanya Ariqa. Cihan langsung menjawab kalau dia sudah satu setengah tahun berada di kota Birmingham.

“Awal Februari ini aku akan selesai kuliah”, tegas Cihan. Ariqa terkejut karena selama dia berada di kota dan tempat kuliah yang sama baru kali ini bertemu dengan Cihan.

Turkish Delight ini camilan khas Turki,” kata Cihan. Dia kemudian mengatakan kalau camilan ini terbuat dari gula dan gel pati,  mempunyai tekstur kenyal serta lembut seperti jeli. Dia menyampaikan lagi kalau camilan ini biasa nya berbentuk dadu dan di atas nya dilumuri gula halus. 

“Kalau di Turki kami biasa menyebut nya lokum”.

“Tidak heran kalau kamu suka camilan yang berwarna warni dan manis rasa nya ini,”.

“Camilan ini sesuai sekali dengan muka mu yang mungil dan manis,”.

Ariqa terpesona dengan penjelasan Cihan. Dia kehilangan kata-kata untuk merespon Cihan.

“Kerupuk udang ini juga bisa jadi camilan di Indonesia,” kata Ariqa.

“Kalau kamu ke Indonesia bisa makan kerupuk aneka rasa”.

“Ada kerupuk ikan, kerupuk bawang, kerupuk puli, kerupuk melinjo”.

Dari perkenalan camilan kesayangan mereka bertemu lagi di pasar Asia dua minggu kemudian. Pasar Asia adalah pasar terbaik di kota tempat mereka kuliah. Ariqa tertawa menyaksikan Cihan yang memborong kerupuk udang untuk dibawa pulang ke negara nya. Sebaliknya Cihan menggoda Ariqa yang membeli lebih dari 12 kotak lokam untuk dibawa pulang ke Indonesia.

“Jangan meledek. Aku suka lokam ini”, kata Ariqa.

 “Jangan tertawa. Aku juga suka kerupuk udang ini”, jawab Cihan.

 “Aku besok akan kembali ke Balikpapan,”.

“Aku juga akan kembali bertemu keluarga di Izmir”.

Ariqa yang usia nya tiga tahun lebih muda dari Cihan merasakan  ada desir di dada nya kalau berdekatan dengan Cihan. Mereka berjanji bulan Maret akan saling berkunjung ke negara masing-masing.

Manusia hanya bisa berencana. Pandemi Covid-19 melanda dunia termasuk Indonesia dan Turki. Ariqa dan Cihan belum bisa memenuhi janji untuk saling berkunjung. Penerbangan dari dan ke luar negeri ditutup. Penduduk di muka bumi saling menjaga diri untuk tidak keluar rumah.  Ariqa dan Cihan meneruskan perjalanan cinta mereka melalui hubungan jarak jauh. Mereka sadar keutamaan keluarga menjadi prioritas di saat rawan virus ini.

couple goal
Sumber foto: Pinterest

Ariqa yang anak tunggal ingin di masa pandemi ini dekat kedua orang tua nya. Begitu pula Cihan yang hanya mempunya seorang adik perempuan. Dia ingin tinggal dekat dengan kedua orangtua dan adik semata wayang nya itu.

“Gimana hasil menggoreng kerupuk nya?” tanya Cihan melalui surat elektronik.  “Pasti gosong ya karena pikiran mu ada di Izmir”.

“Terus kapan kamu bisa bawakan lokam yang terenak dari Izmir?”, balas Ariqa.

“Setiap hari aku makan lokam sambil membayangkan wajah mu yang manis seperti lokam ini”.

Kedua nya langsung tenggelam dalam curahan hati melalui email. Mereka saling menguatkan hati dalam menghadapi pandemi yang melanda dunia. Ariqa menyampaikan curahan hati nya kalau ayah dan ibu nya tidak bisa berdagang lagi di Pasar Pandansari. Biasa nya banyak sekali pengunjung di pasar ini. Dia mengatakan kalau Cihan ada di Balikpapan pasti akan memborong kerupuk yang dijual oleh ayah dan ibu nya. Mereka melanjutkan curahan hati di depan laptop sampai tengah malam.

Ariqa mengatakan kalau dia juga lagi berandai-andai Cihan ada di sebelah nya. Dia juga mengatakan kalau salah satu manfaat makan kerupuk udang untuk memperkuat kesehatan gigi.

Cihan mengingatkan Ariqa untuk tidak makan camilan banyak-banyak. Dia takut Ariqa yang mungil sakit karena hanya makan malam kerupuk saja.

“Aku pun sudah makan lima kotak lokam”.

“Hati-hati jangan terlalu banyak makan yang manis-manis”, kata Ariqa.

Ariqa mengingatkan Cihan untuk makan malam yang sehat.

Bagi Cihan lokam yang manis mengingatkan diri nya kepada Ariqa yang selalu tersenyum manis.

Tepat jam 24.00 waktu Balikpapan dan jam 19.00 waktu Izmir kedua nya menutup laptop dan sama-sama berdo’a agar pandemi global cepat berlalu. Sampai sejauh itu Ariqa dan Cihan juga seluruh keluarga nya masih dilindungi dari cengkeraman bahaya virus itu. Mereka berdua sangat ketat dalam melaksanakan protokol kesehatan. Selalu menjaga jarak kalau berhadapan dengan orang. Tidak lupa memakai masker. Dan selalu mencuci tangan.

“Aku mimpi kamu lagi pakai masker hitam”, kata Ariqa di email keesokan hari nya.

“Aku mau kasih kamu kerupuk udang tapi kamu tidak mau buka masker”.

“Itu kan hanya mimpi. Aku pasti akan menghabiskan kerupuk udang yang kamu goreng dengan rasa cinta”, jelas Cihan.

Alara adik Cihan yang ikut mendengarkan celoteh mereka tertawa. Ayah Cihan dan Alara adalah pengusaha otomotif kaya di Izmir. Ibu mereka membuka restoran di pusat kota. Kendati dari keluarga kaya raya, Cihan tetap lah Cihan yang dewasa dan baik hati. Dengan tinggi 180 sentimeter layak nya orang-orang Turki pasti nya mudah mendapatkan pasangan hidup. Namun kenyataan berkata lain, dia tertarik dengan seorang wanita mungil yang tinggi nya hanya sebahu Cihan.

Ariqa dan Cihan bukan lah yang suka mengumbar kata-kata romantis dan kata cinta. Mereka menjalankan hubungan jarak jauh ini dengan sangat ceria.

“Yang pasti Desember ini aku akan ke Balikpapan”.

“Aku saja yang ke Izmir”.

Dalam hati kecil nya Ariqa sangat takut kalau Cihan ke Balikpapan bertemu dengan kedua orang tuanya. Ariqa sadar perbedaan kondisi keluarga yang sangat jauh dengan Cihan. Pedagang sayur dan pengusaha otomotif. Namun Cihan meyakinkan Ariqa kalau dia sudah mantap untuk ke Balikpapan.

Tidak terasa mereka sudah menjalankan hubungan jarak jauh ini hampir memasuki tahun kedua. Dan Desember 2022 bulan yang dinanti-nanti mereka karena mereka berjanji akan saling mengunjungi. Namun, aral tak dapat dicegah.

Selama satu bulan terkahir ini Cihan tidak membalas surat elektronik Ariqa. Aku sudah menggoreng sepuluh kaleng kerupuk udang untuk dibawa pulang ke Izmir saat kamu ke Balikpapan bulan depan. Tapi kamu dimana?

Dan pagi ini tanggal 2 Desember 2022 dengan malas Ariqa membuka laptop nya.

“Apa kabar kakak ku Ariqa?”

“Kabar baik. Kenapa Alara yang mengirim email?”.

Alara adik semata wayang Cihan. Dia meminta Ariqa untuk mematikan laptop nya. Meminta Ariqa mengganti dengan videocall di whassapp. Nampak Cihan dengan kedua mata nya yang dibalut kapas dan pelindung mata. Dia mengangkat tinggi sepuluh kotak lokam kesayangan Ariqa sambil tersenyum. Mereka tidak berkata sepatah kata pun.

Satu jam kemudian, Ariqa mengunduh informasi mengenai laptop yang memuat huruf Braille. Huruf yang menggunakan kerangka penulisan seperti kartu domino. Ariqa harus mencari laptop yang menggunakan huruf Braille ini karena dia ingin terus bercerita tentang kerupuk udang dan Turkish Delight dengan Cihan.

Jakarta Desember 2022 – Farah R Indriani.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here