Pelindung Relung

sleeping
Kredit: Pinterest

Tujuh hari tujuh malam Relung bermimpi hal serupa. Mimpi yang menurut nya sangat menakutkan. Dia biasa tidur sendiri karena sebatang kara. Sudah tujuh tahun tujuh bulan dia sendiri menyambung hidupnya. Tapi tujuh hari belakangan ini dia selalu ketakutan.

“Mungkin karena aku sahur dan buka puasa sendiri ya,” batin Relung.

  Di malam pertama dia bermimpi mereka datang memakai baju putih. Baju yang dipakai saat orang mau masuk ke liang lahat. Malam kedua mereka datang hanya berasa hembusan silir angin. Di hari ketiga dia mimpi ada yang bergoyang-goyang di atas tempat tidurnya. Malam berikutnya mereka terasa hadir tapi tidak nampak. Mereka datang saat Relung baru melepaskan penat nya.

Dua malam setelah itu mereka datang berupa suara keras. Tepat dari sudut kamar jam berdentang dua belas kali. Di malam ketujuh dalam mimpinya Relung melihat jelas asap menggumpal. Mereka datang lagi sesuai rute yang sudah mereka tentukan. Masuk membubung melalui atap rumah. 

“Aduh”, teriak Relung. Gumpalan berwarna kelam bergerak menuju pagar rumah. Jelas sekali terlihat nama nya terpampang disana. Hurufnya pun dia hafal betul Times New Roman 14. Mereka masuk kedalam rumah tanpa melewati pintu kayu jati yang tertutup rapat. Dan sekarang mereka berhenti di tempat peraduan Relung.

“Apa maumu?” tanya Relung dengan mata membelalak. Mereka hening sejenak mendengar sentakan Relung. Namun mereka tetap saja menggodanya. Mereka bahkan berani memperlihatkan barisan putih membentuk rangkaian mutiara Lombok yang terikat rapih.

“Pergi kalian!” seru Relung histeris. Dia menggeserkan seluruh badannya ke sudut ranjang. Ke tempat tidur yang hanya memiliki panjang satu meter dua puluh sentimeter. Dia tidak habis berpikir kenapa gumpalan itu menghampirinya terus.

Relung sudah berada diujung tempat peraduannya. Barisan putih itu juga sudah tertutup rapat. Mereka membentuk gumpalan lagi.  Bergerak ke suatu lubang tepat berada diatas kepala Relung.

 “Jangan ditarik rambutku!” teriak Relung lagi. Relung terbangun dari tidur nya. Gumpalan hitam dalam mimpi ada disamping nya sekarang. Mereka tidak besar. Mereka kecil dan hitam. Mereka lompat menjauhi Relung yang sedang kesakitan. 

Relung mulai merunut mimpi-mimpinya. Dia teringat kedua orang tua nya yang sudah meninggalkan dunia ini. Dia teringat mimpi di hari pertama.

“Apa ayah ibu yang hadir dalam mimpiku?”

 “Terima kasih kalian sudah melindungiku”.

 “Aku tidak tahu kalau pemberian kalian terkurung dalam lubang di atas tempat tidurku”.

Relung mengejar sepasang benda kecil dan hitam yang menjauhinya. Dia tidak ingin kehilangan pelindungnya.

“ Tupai-tupai ku, yang akan selalu menjaga ku”.

“Jadi lah teman bermainku,” bisik Relung.

 _ Farah R Indriani _

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here