Review Fair Play: Pengalaman Pribadi Sang Sutradara Ketika Isu Gender, Ambisi Karier Mengancam Hubungan

Fair Play adalah film erotis thriller asal USA yang baru saja dirilis oleh Netflix dan menduduki posisi nomor 3 TOP 10 Trending Netflix Indonesia. Film ini tidak hanya sekedar menampilkan erotisme, tapi lebih kompleks dari sekedar seks. Di balik hubungan dua tokoh utama Luke (Alden Ehrenreich) dan Emily (Pheobe Dynevor)–yang bekerja di kantor keuangan kejam–ada intrik politik kantor, persaingan, gender, ambisi karier. Sisi psikologis pun disentuh dalam film garapan sutradara wanita Chloe Domont.

Domont menyatakan bahwa premis atau ide dasar dari film Fair Play sangat pribadi baginya. Sebelumnya, Domont telah bekerja pada beberapa episode dari serial televisi Billions dan Ballers.

Ia mengungkapkan bahwa cerita dalam film ini adalah sesuatu yang sangat mendalam dan emosional baginya, dan ada elemen cerita yang sulit baginya untuk mengungkapkannya dengan kata-kata.

Domont ingin menyuarakan beberapa emosi dan konflik yang belum terselesaikan dalam dirinya, terutama dalam pengalaman berkencan dengan pria di masa lalu yang mungkin merasa terancam oleh ambisi atau prestasi kecilnya.

Sebagai karya debutnya, Chloe Domont, yang bertindak sebagai penulis dan sutradara, berhasil menciptakan film thriller menggambarkan hubungan yang awalnya penuh gairah, berubah menjadi hubungan yang toksik. Dimana mulai saling merendahkan lewat kata-kata kasar menyakitkan, sampai “kegilaan” bak psikopat.

Domont kerap bertanya-tanya mengapa, meskipun kita (perempuan) telah membuat kemajuan besar dalam banyak hal, kesuksesan seorang laki-laki dianggap sebagai kemenangan bagi hubungan. Sementara jika sebaliknya, itu terasa seperti ancaman.

Apa yang pernah dialami dan pertanyaan-pertanyaan yang ada di benak Domont ini tergambar dalam hubungan kedua tokoh utama dalam film Fair Play. Dikisahkan, Emily dan Luke adalah rekan kantor yang kemudian menjalin hubungan diam-diam penuh gairah selama 2 tahun. Mereka akan sangat “hot” di rumah, di kantor. Tapi begitu melangkahkan kaki sampai ke kantor mereka bersikap sangat biasa, seperti rekan kerja profesional. Karena perusahaan memang melarang hubungan asmara sesama pekerja.

Hubungan penuh gairah itu berubah, ketika Emily dipromosikan naik jabatan menjadi manajer, yang tak lain menjadi atasan Luke langsung. Padahal Luke mendengar rumor posisi itu adalah untuknya. Kelihatannya senang dan mendukung promosi Emily, padahal jauh di dalam lubuk hati Luke cemburu. Apalagi Emily disenangai bos besar.

Luke menjadi dingin, dan mencari jalan untuk bisa berada di atas juga. Tapi gagal. Ini membuatnya semakin frustasi. Emily membantunya, tapi nyatanya mendapati fakta bahwa atasan tidakk menyukai kinerja Luke. Memang tak ada harapan Luke mendapat promosi. Ini menambah dilema Emily. Gosip pun merebak, Emily mendapat promosi karena tidur dengan bos. Belum lagi kedekatannya dengan beberapa jajaran manajer laki-laki, dianggal sebagai “penjilat”.

Sakit hati, iri hati pun membuat hubungan ini rusak. Luke berubah seperti psikopat.

Fair Play sebagian besar merupakan permainan Dynevor dan Ehrenreich. Film ini juga dibintangi oleh Eddie Marsan (Happy-Go-Lucky), Rich Sommer (Mad Men), dan Sebastian De Souza (The Great). Di balik layar, sutradara Knives Out Rian Johnson menjadi salah satu produsernya.

Dynevor terkenal sebagai pemeran Daphne dalam serial Netflix yang sangat populer, Bridgerton, setelah memulai karirnya di drama BBC Waterloo Road. Sementara itu, Ehrenreich telah tampil dalam film-film seperti Solo: A Star Wars StoryHailCaesar!Cocaine Bear, dan berperan dalam Oppenheimer, film yang mencuri perhatian di box office global.

.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here