Kenangan Joko Anwar: Jalan Kaki Pulang Dari Bioskop, Membawa Mimpi Suatu Hari Ingin Bikin Film

Joko Anwar. Sekarang namanya dikenal sebagai sutradara yang patut diperhitungkan, dengan karya-karyanya yang khas. Pengabdi Setan (2017) dan Pengabdi Setan 2: Communion di antaranya, yang selalu menjadi pembicaraan. Semua bermula dari mimpi. Dulu, ia mengenang, di usia 5-7 tahun kerap berjalan kaki pergi maupun pulang dari bioskop untuk nonton film. Dari kecil ia menyukai film, dan cita-citanya sejak usia 7 tahun adalah mau membuat film.

Melalui Twitter-nya, Joko Anwar menceritakan kenangannya tentang, film, bioskop, dan impiannya. Sambil mengunggah fotonya di usia 7 tahun, Joko menuliskan, “By the way, profil saya waktu umur 7 tahun. Beberapa hari stelah menonton Pengabdi Setan (1980) di bioskop Remaja Theatre, Simpang Limun, Medan.”

Pengabdi Setan versi lawas, yakni 1980 saat itu dibintangi oleh Ruth Pelupessy. Inilah cikal bakal seorang Joko Anwar, hingga ia mengeluarkan dua karya Pengabdi Setan versi modern yang booming.

“Jalan kaki sendiri karena duitnya cuma cukup beli karcis. Saat itu mulai mimpi pengin bikin film. Dan sekarang mimpi itu jadi kenyataan,” tulis Joko Anwar lagi.

Pengabdi Setan tahun 1980

Joko Anwar rupanya nge-fans dengan Pengabdi Setan versi 1980 dan ia kerap kali menonton beragam film di bioskop Remaja Theatre Simpang Limun sejak usia 5 tahun. Memiliki sejarah tersendiri dalam hidupnya, sampai-sampai Joko Anwar menuliskan nama bioskop ini pada credit title film Pengabdi Setan 2. Dari bioskop inilah terlahir tekad kuat, sebuah impian untuk membuat film-film Indonesia. “(Kemudian) saya abadikan di opening titles Pengabdi Setan 2: Communion. Bioskop dekat halte bus Rini, namanya Remaja Theatre sebagai tanda rasa bersyukur saya,” tulis Joko Anwar.

 Pengabdi Setan 2 berkisah tentang kehidupan satu keluarga di sebuah rumah susun setelah beberapa tahun berhasil menyelamatkan diri dari kejadian mengerikan. Peristiwa beberapa tahun silam tersebut mengakibatkan mereka kehilangan sosok Ibu sekaligus si bungsu yang bernama Ian. Usai kejadian mengerikan itu, mereka percaya tinggal di rumah susun sangat aman.

Jika dibandingkan di desa, ada banyak orang tinggal di rumah susun yang akan membantu apabila sesuatu terjadi. Namun, mereka menyadari bahwa tinggal bersama banyak orang mungkin juga sangat berbahaya apabila tidak mengenali latar belakang tetangga. Pada sebuah malam yang penuh teror, Rini (Tara Basro) dan keluarganya harus kembali menyelamatkan diri. Tetapi, kali ini mungkin terlambat untuk lari.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here