Kenalan Dengan Dhea, Gadis Minang yang Lestarikan Tari Piring Lewat Konten Video Pendek

Melestarikan budaya bukanlah perkara mudah, banyak faktor yang harus diperhitungkan. Meski begitu, bukan berarti tidak banyak orang yang berusaha melakukannya, khususnya di kalangan pemuda-pemudi.

Semangat yang berkobar sejak ikrar Sumpah Pemuda diucapkan belum lah padam. Generasi muda adalah kunci dalam melestarikan budaya Indonesia. Era globalisasi punya sisi positif, kita tidak harus pergi ke sumbernya untuk mengenal dan mengetahui kebudayaan yang kita miliki. Kini, cukup dengan melihat konten yang bertebaran di internet, kita bisa membantu melestarikan budaya.

Hal inilah yang menginspirasi Dhea, seorang konten kreator di SnackVideo. Dhea merupakan penyuka seni kebudayaan tradisional, terutama yang berasal dari tanah kelahirannya, Minangkabau. Sejak duduk di bangku SMA, Dhea telah belajar berbagai kesenian tari. Tak lupa, dia juga sering menyaksikan pertunjukan seni. Namun, baru di masa kuliah lah Dhea bertemu dengan jodohnya di seni kebudayaan tradisional, tari piring.

Tari piring merupakan tarian tradisional khas Minangkabau. Seperti namanya, penari mengayun-ayunkan piring yang digenggam, mengikuti irama musik yang ada. Selain gerakan ayunan yang cepat, penari juga sesekali mengetuk si piring. Di akhir tarian, para penari biasanya akan melemparkan piring ke lantai dan mereka akan menari di atas pecahan piring.

Dhea kini telah menekuni tari piring selama enam tahun. Berawal dari keaktifannya mengikuti paguyuban daerah Minangkabau, Dhea mulai mengikuti Sendratasik, sebuah pementasan tari dan teatrikal di acara tahunan Minang Culture Festival. Dhea dan teman-temannya pun memutuskan untuk belajar tari piring secara otodidak. Dari sana, Dhea sering tampil di berbagai acara dan keahliannya dalam menari turut terasah dengan baik.

Melihat sejumlah pengalaman yang dimilikinya, Dhea pun memutuskan untuk mengejar salah satu mimpinya, yaitu menjadi konten kreator. SnackVideo membuka jalan untuk Dhea menampilkan hobi dan keahliannya.

Di awal karirnya sebagai konten kreator di SnackVideo, Dhea, yang tentu memilih kategori dance, hanya mengikuti tren yang ada saat itu. Setelah menekuni kegiatannya tersebut selama beberapa waktu tanpa memiliki tujuan tertentu, Dhea pun akhirnya punya ide baru. Bagaimana kalau dia fokus pada tarian daerah, hal yang digemari dan ditekuni juga olehnya?

Tari piring tentu jadi salah satunya. Selain membuat konten sendiri, Dhea juga mendapat ide konten dari komentar para penontonnya. Waktu pembuatan konten, mulai dari latihan, pemilihan baju, make up, hingga pengambilan video, diakui Dhea bervariasi.

“Latihannya sendiri bisa memakan waktu yang beragam. Apabila tari yang ingin dibawakan sudah saya kuasai, saya hanya butuh latihan pengulangan saja. Namun, apabila tariannya baru, saya bisa membutuhkan waktu sekitar satu hari untuk menguasainya,” sebut Dhea.

Untuk pengambilan satu video, Dhea mengaku butuh waktu kurang lebih 1 jam 30 menit dalam pembuatannya. Pernah juga dia membuat dua konten dalam sehari, yang diklaim membutuhkan waktu hingga dua jam untuk menyelesaikannya.

Kerja kerasnya pun membuahkan hasil. Salah satu video tari piring kreasinya sempat viral di SnackVideo dan Dhea mulai banjir followers. Saat ini, akun Dhea di SnackVideo sudah diikuti sebanyak 52 ribu orang. “Selain menyalurkan hobi, menjadi konten kreator kesenian daerah juga memberikan kesempatan bagi saya untuk melestarikan tarian daerah. Dari konten-konten yang saya buat, saya ingin memberitahu kepada dunia bahwa masih ada loh anak muda yang gemar terhadap tarian daerah,” ucapnya. Saat ini, Dhea juga tengah belajar tari Melayu, Zapin, tari saman, dan tari tradisional lainnya untuk memperdalam minatnya terhadap tarian daerah dan menambah variasi konten video pendeknya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here