Karena Seleb, 2 Isu Ini Jadi Perbincangan Warganet, Salah Satunya Keperawanan

Beberapa waktu lalu publik diramaikan dengan perseteruan yang melibatkan Meyden seorang gamer profesional dengan Deddy Corbuzier. Hal ini bermula saat Meyden bersama seleb Tiktok lainnya, Agung Karmalogy diundang menjadi tamu dalam podcast Close the Door. Namun, setelahnya Meyden tidak memberikan izin untuk menayangkan konten tersebut karena menurutnya terdapat pembahasan yang sensitif. 

Akhirnya Agung Karmalogy dan Deddy Corbuzier membuat konten berdua, namun dalam salah satu bagian mereka mengangkat topik mengenai niat jual  keperawanan yang katanya hampir dilakukan oleh salah satu artis. Banyak orang menduga yang dimaksud adalah Meyden. Dari situlah baik Meyden maupun Deddy Corbuzier sama-sama memberikan klarifikasi dan pembelaan karena mereka terpojokkan dengan asumsi yang beredar di kalangan warganet dan terus dibicarakan oleh publik di media sosial. 

Berkaitan dengan topik jual keperawanan ini, Meyden mengakui dulu saat keadaan ekonominya sangat sulit hal tersebut memang terlintas di pikirannya. Topik ini tidak hanya sensitif, tetapi juga masih menjadi hal tabu bahkan kontroversial bagi masyarakat karena bertentangan, baik dengan norma maupun agama.

Isu keperawanan menjadi makin panas, setelah Livy Renata ikut berkomentar. Konten kreator Tiktok yang juga pemain Mobile Legend itu menduga bahwa Deddy Corbuzier terlalu sering menanyakan masih perawan tidaknya kepada perempuan yang menjadi tamu dalam podcastnya. Pasalnya, Livy Renata sendiri pernah diundang menjadi tamu dan mendapatkan pertanyaan tersebut. 

Tak cuma isu keperawanan, ada banyak sekali isu yang tabu khususnya bagi masyarakat Indonesia. Misalnya saja mengenai bank sperma, yang merupakan tempat di mana para pria dapat menampung sperma yang akan mereka donasikan atau menjualnya setelah tahap pemeriksaan kesehatan yang ketat. Nantinya bagi wanita penerima donor sperma tidak akan diberikan identitas pria yang mendonorkannya, sehingga pria tersebut identitasnya anonim dan juga tidak ada kewajiban untuk menafkahi sebagai seorang ayah.

Contohnya seperti Zen, anak dari Sayuri salah satu artis Korea Selatan yang berasal dari Jepang merupakan anak yang berhasil lahir dari program bank sperma. Dalam program The Return of Superman diceritakan bagaimana Sayuri sangat ingin memiliki anak namun tidak berkeinginan untuk menikah, sehingga dipilihnya cara dengan mengunjungi institusi kesehatan untuk mencari bank sperma. 

Meskipun di luar negeri diperbolehkan, namun di Indonesia sendiri hal ini dilarang, merujuk pada Undang-undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009 dan Peraturan Pemerintahan tentang Kesehatan Reproduksi Nomor 41 tahun 2014, ditegaskan jika inseminasi buatan maupun bayi tabung harus dilakukan oleh pasangan suami istri.

Topik menjual keperawanan ataupun bank sperma juga sering mendasari dan menginspirasi para penulis novel untuk mengembangkannya ke dalam plot dan  karakter cerita dengan berbagai konflik dan latar belakang. 

Seperti novel Midnight Pleasure karya Belladonna Tossici yang tayang di platform baca dan menulis digital Cabaca. Midnight Pleasure menceritakan kesulitan Aster yang di-PHK karena pandemi, kini harus menghadapi berbagai kesulitan ketika harus dua kali melakukan pekerjaan yang berbeda. Namun, hidupnya tidak kunjung membaik yang membuat Aster memutuskan untuk menjual diri karena terpaksa dan terjebak oleh keadaan. 

Selain kisah Aster, ada juga novel berjudul Pregnancy without Husband karya Amy Sastra Kencana. Novel yang saat ini menjadi nomor 1 dalam kategori “Paling Banyak Dibaca” di Cabaca ini menceritakan Gista yang ingin memiliki anak tapi tidak ingin memiliki suami, karena trauma masa kecilnya yang membuat ia tidak percaya dengan pernikahan. Opsinya untuk mendapatkan donor sperma tentu tidak disetujui oleh sang ibu. Hingga akhirnya Gista berakhir bersama seorang pria yang jelas asal usulnya, Vincent. Setelah hamil, ia justru berencana akan bercerai. Namun, ketulusan dan kebaikan Vincent yang tidak main-main membuat Gista mempertimbangkan pria tersebut. 

“Masyarakat Indonesia masih menganggap keperawanan adalah sesuatu yang sama sakralnya dengan pernikahan. Perempuan harus masih perawan sebelum akhirnya menikah. Perempuan harus punya anak dalam koridor pernikahan. Jangankan ke situ ya, masih banyak kok anggapan perempuan ya di rumah aja, gak perlu bercita-cita tinggi,” ungkap Fatimah Azzahrah, Co-Founder Cabaca, yang diwawancarai secara daring pada (21/11).

Tetapi ia justru beranggapan, isu-isu gender tetap perlu diperdebatkan. Semakin sering diperdebatkan, masyarakat akan jadi makin jeli membedakan mana kodrat, mana peran sosial, norma, dan mana yang stigma. “Novel dan sastra adalah salah satu gerbang yang paling umum dan mudah untuk diskursus ke sana, gak perlu harus menunggu konflik antar seleb sebenarnya.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here