Di Indonesia, di masyarakat kita, belum menikah di usia 30 tahun sudah terserang kecemasan, belum lagi ditambah “omongan orang”, “pemikiran orang”, di usia segitu belum menikah. Apalagi di usia 40 tahun, 50 tahun mempertahankan status single, siap-siap saja tahan hati dengan pandanga dan cibiran orang. Apakah salah atau aneh? Sebenarnya nggak, tapi kita masih di bawah budaya ketimuran, dengan pikiran-pikiran konvensional, yang belum ter-update. Terlanjur menilai, menghakimi, berdasarkan pemikiran sendiri, padahal setiap orang memiliki latar belakang dan kisah yang berbeda, lho.

Baru-baru ini, aktris Mandarin Rosamund Kwan (59) berbagi soal kehidupan percintaannya. Mengapa ia memilih tetap single di usianya yang menjelang 60 tahun. Rosamund Kwan sebelumnya telah menikah dua kali. Pernikahan pertamnya dengan pengusaha Chris Wong, sayangnya hanya berlangsung satu tahun saja.

 Pada tahun 2015, Rosamund menikah lagi, kali ini dengan seorang miliuner, Pierre Chan. Ya, kok mirisnya, pernikahan ini juga bertahan selama 1 tahun saja. Padahal kalau dipikir dan dilihat secara kasat mata, apa kurangnya Rosamund Kwan, ya? Cantik, populer, memiliki segalanya. Kandas juga.

 “Rasanya Berada Dalam Hubungan yag Tidak Bahagia”

Dua kali gagal menikah, Rosamund kini betah melajang. Pernah dirumorkan pacarana dengan seorang taipan, tapi tak bermuara kemana-mana. Akhirnya, Rosamund hingga hari ini memilih jomblo. Dari pada melewati jatuh bangun, jatuh bangun berulang kali, Rosamund Kwan memilih sendiri yang penting happy. Ia fokus mengelola usahanya.

 “Saya bukannya pesimis tentang cinta. Tetapi itu muncul karena pengalaman. Kesadaran ini berasal dari hubungan yang tidak sepenuhnya berhasil. Saat ini, saya memilih menghabiskan waktu mengnerjakan proyek saya dan saya ingin menjalani kehidupan yang santai, sendirian. Mungkin, suatu hari akan datang orang yang tepat, tapi kalau tidak, juga nggak masalah. Saya telah belajar secara langsung bagaimana rasanya berada dalam hubungan yang tidak bahagia,” ungkap Rosamund Kwan, lawan main Jackie Chan ini.

 Jadi, memilih pasangan bukan jaminan mendapatkan sebuah kebahagiaan. Kalau bahagia didapat dari pasangan, kenapa banyak juga pernikahan yang hancur? Pernikahan yang menyiksa? Banyak sekali salah tafsir, bahwa kalau sendiri tidak bahagia, merana. Tergantung, siapa dan dari sudut pandang yang mana. Sumber kebahagiaan seseorang seharusnya bersumbe dari dalam diri kita, bukan dari luar (eksternal). Ya, bila kamu mendapatkan orang yang tepat mungkin kamu akan bahagia, tapi kalau tidak mendapatkan orang yang tepat? Bukan tak mungkin, kesengsaraan menghadang di depan.

 Jangan mengharapkan kebahagiaan dari benda, raihan atau pencapaian, materi, apalagi orang atau pasangan. Bahagia harus berasal dari diri kita sendiri. Sendiri, atau memilih melajang juga bukan berarti kamu aneh. Setiap orang kini memiliki pilihannya masing-masing. Melajang juga bukan berarti sengsara atau “end of everything”. Melajang tidak membuat kita kelaparan atau mati. Jadi jangan panik! Dan nggak perlu merasa minder.

“Hidup terlalu singkat untuk memaksakan hubungan di mana Anda jelas telah tumbuh terpisah dan tidak lagi bertemu mata ke mata. Mengapa memaksakan diri untuk tetap bersama? Jadi lebih baik untuk berpisah, tidak ada gunanya tetap sengsara – dan lelah. Melihat kembali kehidupan saya–semua pasang surutnya–saya sama sekali tidak menyesal. Tidak ada yang akan saya lakukan secara berbeda. Saya sangat percaya bahwa kita harus menjalani hidup dengan santai, mudah, dan bahagia,” jelas Rosamund Kwan lagi. 

So, please, girls, stop panik, stop mengasihani dirimu karena menjomlo, stop memusingkan apa kata orang lain karena kamu belum menikah. Karena, mereka bukanlah orang yang membayar tagihanmu setiap bulan, juga. Nggak menikah, nggak bikin kamu mati seketika. Tapi, tidak punya pekerjaan, tidak punya penghasilan, kemungkinan bisa bikin kamu kelaparan, dan susah hidup. So, just be happy in your own way!