Selingkuh, Ketika Rasa Nyaman Mengalahkan Segalanya, It’s True!

Hati-hati dengan rasa nyaman. Karena rasa nyaman mampu mengalahkan ketampanan atau kecantikan. Semua berawal dari kenyamanan, lalu ia meminta lebih dari waktu, pikiran, dan hati kita. Mungkin banyak yang belum menyadarinya, tapi rasa nyaman bisa menjerat kita pelan-pelan pada “perselingkuhan”.

Ah, akhir-akhir ini perselingkuhan seperti mewabah. Berlaku dari berbagai kalangan, hingga para selebriti. Dari kisah Virgoun, Arya Saloka-Amanda Manopo, Fandy Christian-Andy Annisa, yang teranyar, Rendy Kjaernett-Syahnaz Sadiqah.

Masih ingat Pengakuan Rendy Kjaernett? Dia mengatakan tak pernah terpikir selingkuh. Ia hanya curhat, merasa nyambung, lalu nyaman pada lawan mainnya. Dari nyaman semua bermula, tidak serta merta karena ketertarikan fisik atau nafsu.

Makanya, kalau mau melihat kebelakang, mengapa Charles berselingkuh dengan Camila Parker Bowles, padahal sudah memiliki istri secantik Lady Di? Selingkuhan biasanya tak lebih cantik atau lebih ganteng dari pasangan sah.

Tapi mereka memberikan sesuatu, di kala kita jenuh, lelah, bosan dengan rutinitas kehidupan. Di kala kita lemah dan lengah. Mulanya teman bicara yang menyenangkan, membuat kita tertawa, dan memahami perasaan kita.

Ini godaan yang luar biasa, dan makin banyak terjadi, makin banyak peluangnya. Mampukah nurani menghalau rasa nyaman yang menggelora?

Sesungguhnya, ini perkara yang cukup sulit. Hati kita tahu, ketika kenyamanan menjelma menjadi satu tuntutan lebih; rasa rindu, rasa ingin selalu di dekatnya. Ketika kita sudah memiliki pasangan, atau si Dia memiliki pasangan, nurani tahu, perasaan ini salah.

Namun “keinginan daging” biasanya lebih mendominasi. Sudah tahu salah, tapi aku ingin, aku mau menghabiskan waktu bersamanya. Begitu bukan? Di sinilah peran iblis: “menggoda”.

Kembali kepada diri kita, mau menuruti yang mana? Ketika nyaman menjelma menjadi perasaan mendalam. Maka semuanya terasa seperti CANDU. Vitamin dosis tinggi. Yang ketika saya atau kamu berusaha berhenti menenggaknya, rasanya bikin oleng, hampa, lemas. Ada sesuatu yang kurang.

Pertanyaannya, gimana melawan “keinginan daging” itu dan menuruti nurani mu? Mungkin akan terdengar klise, tetapi jawabannya hanya, melewatinya dengan DOA.

Membentengi diri dengan kekuatan Allah. Mengingatkan diri, untuk takut akan DIA. Mudah? Sejujurnya, tidak. Perlu hikmat, kuasa Allah sepenuhnya. Karena, kita, manusia tak berdaya melawan nafsu atau keinginan daging itu sendiri.

Last but not least, jauhi kecenderungan-kecenderungan atau peluang tumbuhnya kenyamanan–yang berpotensi menjadi candu. Jangan coba-coba menghabiskan waktu berjam-jam, malam demi malam berlalu dengan obrolan yang mengasyikkan, kalau memang sudah memiliki pasangan. Apalagi kita tahu, ya, dalam rumah tangga lagi renggang, lagi jenuh, atau Anda tipikal yang hatinya mudah baper.

Percayalah, semua berawal dari teman curhat, dari sahabat , lalu “dosis”-nya perlahan naik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here