Review Where The Crawdads Sing: Balutan Cinta dan Misteri yang Manis

Bertengger di posisi trending nomor 3 Netflix saat ini adalah Where The Crawdads Sing. Sebuah film drama romansa, yang diangkat dari novel bildungsroman berbalut misteri karya Delia Owens, terbit pada 2018. Filmnya sendiri digarap oleh sutradara perempuan, Olivia Newman dan diproduseri oleh Reese Witherspoon. Dibintangi oleh Daisy Edgar Jones, Taylor John Smith, dan Harris Dickinson.

Menit-menit pertama menontonnya, mungkin terbersit di benak Anda, ah, ini drama pembunuhan yang lambat? Tunggu dulu. Jangan terlalu cepat menyimpulkan. Alur kisah di film ini dituturkan dengan alur maju mundur. Kisah dibuka dengan ditemukannya jasad seorang remaja bernama Chase Andrews (Harris Dickinson), yang jatuh dari menara setinggi 20 meter. Tak ada sidik jari, tak ada jejak kaki di sekitar area rawa tersebut. Tetapi polisi menduga ini adalah pembunuhan. Benarkah?

Daisy Edgar Jones dalam Where The Crawdads Sing.

Lalu cerita bergerak mundur, di balik tragedi pembunuhan ini, kita masuk menelusuri kehidupan Catherine Clark atau Kya (Edgar-Jones), gadis kecil yang ditinggal keluarganya. Hingga ia harus bertahan hidup sendiri di daerah rawa. Beranjak remaja, di tempat terpencil ini ia bertemu lagi dengan teman masa kecilnya, Tate (John Taylor Smith). Tate-lah yang mengajari Kya membaca dan menemukan potensi dirinya. Mendorongnya untuk maju, bangkit dari ke-“primitif”-annya. Lalu, cinta bersemi. Sayangnya, Tate harus kuliah di universitas impian. Ia harus keluar dari terpencil tersebut, terpaksa meninggalkan Kya.

Lima tahun Tate tak kembali. Kemudian hadirlah Chase Andrews, pemuda kaya di Cover Barkley. Ia mengincar Kya–yang dijuluki gadis aneh–si gadis rawa. Chase berhasil meluluhkan hati Kya. Mereka menjalin hubungan. Saat itu, Tate kembali.

Yang terjadi selanjutnya? Di sinilah konflik terbangun. Tidak seperti romansa cerita segitiga umumnya. Penulis dan sutradara mampu menempatkan misteri, selama persidangan Kya–yang dituding sebagai pembunuh Chase Andrews. Di antara persidangan, dan kilas balik kisah cinta Kya, hati tersentuh, bagaimana seorang perempuan tanpa orang tua bertahan hidup. Bagaimana dia menjaga dirinya dari “ancaman”, sekaligus menunjukkan sisi kerapuhan seorang wanita.

Taylor John Smith memerankan Tate, oh, Anda akan suka dengan karakter ini.

Ada beberapa pesan moral juga yang disampaikan, bahwa kasih tidak pandang bulu. Bahwa, kita tidak bisa memercayai manusia. Tetapi orang-orang yang tulus itu masih ada. Penulis juga menggambarkan satu kenyataan, bahwa kita ini suka sekali menghakimi. Tapi hati-hatilah, apa yang dilihat dan didengar, belum tentu benar adanya.

Alur ditata dengan baik oleh penulis, dengan sinematografi indah. Mempertahankan rasa “penasaran”, tidak tertebak, dengan balutan romansa manis. Sensasi misteri itu ada, namun tidak kental. Ketulusan, cinta, dan impian mewarnai jiwa film ini. Siapakah pembunuh Chase Andrews? Anda mungkin akan terkejut. Ini hanya benar-benar terjawab di akhir film, dengan cara yang tak terduga.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here