Kisah Nyata: Pacarku Gigolo!

Gigolo from American Gigolo

Kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) Rizky Billar terhadap Lesti Kejora bergulir bak bola panas. Dari KDRT, netizen jadi mengorek kehidupan masa lalu Rizky Billar. Dua pekan lalu, di jagat maya ramai tangkapan layar Rizky Billar di masa lalu, yang sempat menjadi gigolo. Entah benar atau tidak, tapi kisah seorang wanita yang ternyata memiliki pasangan gigolo, terjadi dalam kehidupan nyata ini.

Sahabat Kabin (Kabarbintang.idred) yang bertutur kali ini sebut saja namanya Alena. Kejadian ini terjadi sekitar 14 tahun lalu. Alena masih duduk di bangku kuliah saat itu. Sebuah perguran tinggi yang cukup populer di bilangan Jakarta Selatan.

Diduga Rizky Billar di masa lalu

Masa, sih pacarku gigolo? Mulanya, Alena pun antara percaya tak percaya. Tak terbayang. Masa sih, ada gigolo berondong (muda)? But, it happens! Alena mengalaminya, dan kini berbagi kisah. Supaya kamu mengetahui tanda-tanda atau ciri-cirinya kalau kemungkinan gandenganmu sat ini gigolo.

“Erwin, Si Cowok Ganteng, Populer, Pujaan Wanita”

Kita mulai, ya kisahnya.  Pria yang baru dikenal Alena ini, sebut saja namanya Erwin, adalah seniornya di kampus. Berkulit kuning langsat, bertubuh atletis, tinggi 170 senti, berambut spike, dengan tipe wajah oriental yang masuk dalam kategori “ganteng”. Plus dia modis dan harum. Percayalah, tak diragukan lagi. Mirip bintang film. Dia cukup berprestasi dan juga aktif bermain basket. Tampilan fisik yang oke, prestasi, membuatnya menjadi salah satu cowok populer.

Hari-hari Erwin selalu dikelilingi gadis-gadis kampus yang memuja ketampananannya, mengemis untuk bisa berada di dekatnya, atau menikmati kepandaiannya. Erwin tak hanya pandai secara akademis, dia juga smart dalam berkomunikasi. You gonna love this man, his look, his attitude! Dia sosok yang cukup ‘perfect’. Apalagi selain kuliah, dia juga bekerja. Dambaan banget, kan?

Diary of Gigolo, kisah hidup Gigolo difilmkan di Netflix.

Dekat dengan cowok populer rasanya pasti deg.. deg.. serrr… Apalagi ketika dia mulai menunjukkan perhatiannya; membantu dalam mata kuliah-mata kuliah yang sulit, intensitas SMS dan telepon kian tinggi. Hati Alena pun mulai melayang. Belum lagi ketika dia mulai menanyakan, “sudah makan belum?” Mengingatkan kita akan kesehatan. Percakapan-percakapan malam diakhiri “Good nite, Sweet dreams”.  Sedikit demi sedikit mulai mengantarkan atau menjemput. Nggak Cuma untuk aktivitas kampus, ke mall pun Erwin mau mengantar. Wajar, kalau hati Alena lama-lama rontok.

“Kejanggalan demi Kejanggalan Mulai Terjadi Setelah Menjadi Pacarnya”

“Sampai akhirnya kami pacaran.” Layaknya, orang berpacaran, semakin hari kita semakin dekat dengannya. “Saat semakin dekat itulah, saya mulai mengetahui, ternyata dia yang selama ini berpenampilan sangat menarik. Tidak seindah kelihatannya juga. Dia bukan dari keluarga menengah ke atas, seperti penampakannya.”

Alena belakangan baru tahu, bahwa dia dari keluarga broken home. Orang tuanya bercerai. Ia tinggal dengan ibu dan adiknya yang masih SMP di rumah yang sangat sederhana, di dalam jalanan sempit, di lingkungan yang bisa dibilang kumuh. Kenyataan ini sangat jauh dari penampilannya yang sangat gaul.

“Lama-lama saya mulai menyadari, dia ternyata juga tidak seroyal kelihatannya. Dia mati-matian mengajakku hidup hemat bersamanya. Dan saya dapati dia juga sosok yang sangat sensitif, telebih kalau sudah bersinggungan dengan masalah uang, gaya hidup, dan status sosial,” ungkap Alena.

Tak hanya itu, Alena mulai mendapati pola dan gejala lain dari Erwin. Siang hari, dia sering sekali mengantuk. Sering sekali dia mencuci muka. Kalau ditanya, dia mengatakan karena kerja sampai larut malam. Anehnya, kalau ditanya apa kerjanya, dia tak pernah menjawab spesifik. “Aku kerja serabutan,” begitu dalihnya.

Mulai Sering Susah Dihubungi Malam Hari

Hari berganti hari, semakin banyak Alena merasakan gejala-gejala yang membuat intuisinya “menyala”. Alena melihat, Erwin ini sangat sibuk. Entah apa saja kegiatannya. Tapi kadang suka cabut dari kampus di jam-jam tertentu. Selain basket, Alena tak tahu apa kegiatan Erwin. Lama-lama, Erwin semakin sulit dihubungi terlebih  saat malam hari.

“Susah sekali menghubungi dia malam hari. Ponselnya nggak pernah diangkat atau mailbox.” Kalau ditanya, kok nggak pernah diangkat? Maka dia akan menjawab dengan gusar, “Kan, aku udah bilang. Aku kerja shift malam. Percaya dong sama aku,” kilahnya buru-buru seraya membuang pandangan. Ternyata dia nggak hanya punya jadwal padat, dan sulit dihubungi di malam-malam tertentu, dia juga sering sekali membatalkan janji. Giliran sedang bersama, Erwin suka menerima telepon dengan cara yang mencurigakan. Melipir menjauh dulu atau berbisik-bisik.  Atau kerap kali  menerima pesan SMS, lalu tiba-tiba pamit harus pergi. Ini sering berulang.

Erwin yang populer dan menyenangkan itu ternyata sangat tertutup dan misterius. Erwin tak pernah bicara tentang keluarganya, sahabatnya, tak pernah menjelaskan juga apa pekerjaannya.

Alena masih tenang dan tidak menuduh apa-apa. Ia hanya mengumpulkan dan menyimpan gejala-gejala tadi sebagai bahan penilaian. Tapi, suatu kali, ada telepon masuk dan ada kata kunci, yang meyakinkan dugaannya.

“Tunggu ya, Tante Ti …”

Suatu hari Alena tengan makan bersamanya. Tiba-tiba ponselnya berdering, dan dengan secepat kilat dia menyatakan niatnya undur diri. Padahal makanannya belum habis disantap. “Aku harus pergi. Tanteku udah nelpon. Aku janji mau bantuin dia,” katanya pada Alena, sedikit memaksa.

“Tapi, Win. Aku belum selesai makan. Memang nggak bisa nunggu bentar?Nolongin apa, Win?” tanya Alena lagi.

“Penting banget dan aku udah janji.” Lagi-lagi Erwin tidak menjawab dengan gamblang nolongin apa. Tidak pernah ada jawaban yang jelas. Dia sangat misterius. Akhirnya Alena mengalah lagi. Meninggalkan makanan yang belum habis.

Di dalam mobil, ponsel berdering lagi. “Iya, ini udah on the way,” sahut Erwin setelah bebeapa jeda dengan suara lembut.

“Nggak, nggak bakal telat kok. Sebentar saja. Nge-drop teman dulu. Kebetulan searah.  Sabar, ya aku pasti sampai sana on-time. Jangan ngambek gitu, dong. Aku pasti datang.” Ucap Erwin.

Radar Alena “alert” dan alarm saat itu menyala. WHAT? TEMAN? Erwin tadi menyebut dirinya “TEMAN”. Bukankah selama ini pacaran? Ada yang teriak di dalam hati Alena, ‘kok dia menyebutku teman?’ lalu ‘Ngambek?’ Siapa yang ngambek? Tantenya suka ngambek? Suara-suara dalam hati yang meronta ini belum selesai, Alena mendengar kata kunci lainnya lagi.

“Tunggu ya, Tante Ti. Aku jemput di situ. Bye,” ucap Erwin pada sosok yang tengah meneleponnya itu.

Alarm pada diri Alena semakin menyala kencang. TANTE TI? Siapa TANTE TI yang diajak bicara dengan mesra ini. Siapa tante misterius ini?

“Siapa sih, Win?” tanya Alena

“Oh, itu Tante ku…” jawab Erwin datar,sambil mengusap rambutnya. Perhatikan gerak-geriknya, mulai salah tangkah.

“Kok kamu tadi nyebut aku ‘temen’, sih Win?” Erwin mulai agak gelagapan. Dia berdalih, salah ngomong, atau Alena yang salah dengar. Ladies, ketika seseorang berbohong, secara spontan, tak terencana, gerak-geriknya bisa berantakan. Kata “Temen”, “Tante” tadi keluar tanpa terkontrol.

Ada sesuatu yang disembunyikan. Tidak hari itu juga, Alena mengetahui “profesi sampingan” Erwin adalah gigolo-nya tante. Tapi kata hati, saat itu mengatakan ada yang tidak beres, ada yang disembunyikan. Alena memilih mundur dari hubungan ini. Semua adalah pilihan. Kalau kamu merasa “fine” kekasihmu gigolo, lanjutkan. Tapi kalau merasa lelah dibohongi, lelah harap-harap cemas dan menerka-nerka akhiri sedini mungkin.

Kenyataan bahwa Erwin pernah menjadi “berondong”-nya tante atau secara professional gigolo muda, terungkap beberapa tahun kemudian, melalui seorang teman yang memergoki.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here