dr Ryu Hasan Tentang Menolong Orang Depresi: Mereka Tidak Perlu Nasehat, Tapi Empati

stress
Sumber foto: PInterest

Depresi. Sering kita mendengarnya, atau tak sadar mungkin malah mengalaminya. Jika di posisi ini, atau menghadapi teman, keluarga dalam fase tidak mengenakkan ini, apa yang bisa kita lakukan?

Depresi atau gangguan depresi mayor adalah gangguan kesehatan mental yang memengaruhi perasaan, cara berpikir dan cara bertindak seseorang. Gejala depresi pada seseorang yang paling umum adalah merasa sedih dan kehilangan minat untuk melakukan aktivitas yang biasa mereka lakukan. Kondisi ini kemudian dapat menyebabkan berbagai masalah emosional dan fisik.

Penyebabnya bisa dipicu oleh banyak hal. Tidak melulu karena faktor eksternal, seperti masalah terkait kehidupan, peristiwa tertentu, tetapi bisa juga berasal dari faktor internal diri seperti masalah biologis, gangguan hormon, keturunan, kondisi medis, dan sebagainya, seperti dikutip dari halodoc.

Efek depresi dapat berlangsung lama atau bahkan berulang dan mampu memengaruhi kemampuan seseorang menjalani aktivitas sehari-hari.

Ciri-ciri seseorang mungkin mengalami depresi:

  • Sering menyalahkan diri sendiri karena selalu memiliki rasa bersalah,
  • Kerap merasa rendah diri, tidak berharga, dan putus asa
  • Selalu merasa khawatir dan cemas yang berlebihan.
  • Memiliki suasana hati yang buruk atau sering merasa sedih berlebihan. 
  • Sensitif, mudah marah, dan lebih sering menangis. 
  • Kesulitan berpikir, mengambil keputusan, dan berkonsentrasi.
  • Menunjukkan sikap apatis pada lingkungan sekitar.

Bagaimana Menghadapi atau Menangani Seseorang, Teman, atau Keluarga yang Mengalami Depresi?

Tanpa kita sadari, terkadang teman, atau saudara, datang kepada kita dengan keadaan “depresi” yang tidak disadarinya. Dalam kondisi sensitif, ada perasaan rendah diri, kecenderungan membawa rasa bersalah, lalu ia mencari tempat untuk berkeluh kesah, tempat untuk sedikit memperoleh kekuatan.

Atau kita tanpa disadari bertemu seseorang yang dalam fase demikian. Niatnya ingin menolong, tapi hati-hati jangan main hakim sendiri, main memberikan nasehat, main memberikan penilaian berdasarkan ukuran kita sendiri. Perlu dipahami setiap orang berbeda pengalaman, berbeda situasi, latar belakang. Apa kata pakar tentang menghadapi seseorang yang depresi?

dr Ryu Hasan, pakar Neurosains Indonesia mengatakan bahwa ’empati’ mungkin akan membuatmu jadi penyemalat. Setidaknya menahan diri untuk tidak membuat keadaan penderita makin buruk. ‘Empati’ artinya, menempatkan diri kita di posisi atau di sepatu orang tersebut. Bukan menunjuk-nunjuk, bukan menasehati berdasarkan ukuruan diri sendiri.

“Sebenarnya lo kenapa, sih, malang terus? Salah apa? Dosa apa?”

“Lo salah, karena tidak mendengarkan, coba kalau ambil jalan ini….”

Pernyataan-pernyataan ini bukan pernyataan ‘EMPATI’.

dr Ryu Hasan mengatakan demikian, “Penderita depresi tidak memerlukan nasehat. Nasehat hanya akan membuat orang depresi makin depresif. Orang depresi hanya perlu didampingi dan didengarkan. Bukan dibilangi, ‘kamu kenapa sih? Kamu kan punya segala sesuatu’ itu hanya akan membuat orang depresi makin jatuh depresi,” ucapnya, dikutip dari @dinamisbiropsikologi.

Jadi berhati-hatilah kita bersikap jika ingin menolong. Terkadang kurangnya empati, kurangnya kepekaan, bisa membuat seseorang yang sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja, jadi semakin terpuruk secara mental. Lalu menganggap dirimu baik, sudah menolong?

(Vallesca)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here