Sudah Tahu PHP, Kenapa Masih Berharap Pada Manusia? Sebuah Perenungan

Ketika saya menulis ini, mungkin saya tengah “lelah hati”—not to mention–“lelah mental”. Meski begitu, saya harus mengatakan bahwa saya termasuk  beruntung, saya “dipelihara” dengan baik, oleh yang Maha Kuasa, sehingga meski tak mudah, saya masih bertahan melewati tiga gelombang pandemi. Saya masih aktif bekerja. Saya masih dianggap berguna oleh orang lain.

Di antara masa-masa yang “tough” yang telah terlalui, tak dimungkiri, sebagai manusia saya tak sepenuhnya selalu kuat menghadapi tantangan, rintangan, dan problem. Terkadang, saya juga mengalami yang namanya terombang-ambing, bak “layangan putus”. Bingung. Lalu, berlari ke sana kemari mencari pertolongan teman. Teman demi teman digapai, untuk bercerita, untuk mengeluarkan keluh kesah. Berharap, mereka bisa memberikan pencerahan atau solusi.

Lumrah, saat sedang kalut kita pasti mencari manusia yang kita anggap “kuat”, kita anggap sebagai “obat”, kita anggap bisa memberi “ketenangan” atau “kekuatan”.

Ya, satu atau dua di antara mereka mungkin memang ada yang minimal bisa menenangkan. Ada yang bisa memberikan sedikit  masukan. Namun ada juga, yang malah membuat merasa tak nyaman, lalu malah membuat marah. Malah menghakimi. Ujung-ujungnya malah menambah beban di hati dan pikiran.  

Ada  juga yang kelihatannya seperti membantu, tapi rupanya ada niat terselubung, ada kepentingan dan sebagainya. Dan ketika ia lihat, “kepentingan” itu tampaknya mustahil diwujudkan, dengan seketika ia akan meninggalkanmu juga. Harapan yang tadi sempat membuatmu merasa aman, akhirnya terenggut.

Nggak usah heran, itulah yang namanya manusia, yang hidup di dunia fana ini. Sifat-sifat yang manusiawi. Banyak yang PHP (pemberi harapan palsu). Tidak ada teman yang sejati. Jadi, jangan berharap pada manusia. Lalu, berharap pada siapa lagi, dong? Kan saya masih hidup di dunia, isinya manusia. Begitu, ya pertanyaannya basic-nya?

Jawabannya simpel, tapi sayangnya seringkali terlupakan: Tuhan. Lalu, Anda mungkin berkata, “klise, ah!” Ya, kedengarannya mungkin klise. Apalagi, DIA tak terlihat, dan tak terdengar  pula suaranya, makanya terlupakan di antara  gemerlap  hingar bingar dunia. DIA kerap terlupakan, karena tak berwujud. Tersapu oleh berhala-berhala dunia, seiring memudarnya “iman” di tengah kerasnya kehidupan.

Berdoa? Mana jawabannya? Manusia akan mengeluh seperti ini. Berkomunikasi dengan Tuhan? Mana? Kok nggak ada feedback-nya? Ya, mungkin kita bak bicara dengan tembok. Lalu, suatu hari, ayat ini datang kepada saya, ketika saya sedang scroll timeline Instagram. Sebuah jawaban dari pertanyaan banyak orang yang suka sekali mengandalkan diri sendiri dan manusia.

 Kenapa? Kenapa harus berharap pada Tuhan saja? Karena Dia pribadi yang tidak pernah berubah dan tak pernah mengecewakan—meski dia tidak terlihat secara fisik. Tuhan telah berjanji;

“Sampai masa tuamu, Aku tetap DIA dan sampai masa putih rambutmu, Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya, dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu.” (Yesaya  46:4).

Karena itu, jangan pernah menjauhkan diri dari Tuhan dan menaruh harapan pada apa pun yang ada di dunia ini. Semakin kita menjauh dari Tuhan, semakin dekat kita kepada kegagalan dan kehancuran hidup. “Tuhan adalah baik, bagi orang yang berharap kepada-Nya, bagi jiwa yang mencari Dia.” (Ratapan 3:25).

Ya, saya lupa. Saya telah melewati berbagai masa di belakang, yang mungkin tidak sebaik sekarang. Saya bisa melewatinya, bukan karena kuat saya, atau karena kehebatan orang-orang yang saya Andalkan. DIA yang telah menolong saya, dengan kuasa-Nya, hingga saya bertahan dan ada hingga hari ini. Hanya, saya manusia, suka lupa. Padahal suatu kali dalam kesaksian saya di salah satu konten YouTUbe saya pernah mengatakan, Berharap Pada Manusia itu: BullShit! Well, Thanks God! Hari ini saya diingatkan kembali lewat ayat tersebut dan dia bekerja dengan cara-Nya, di luar akal sehat manusia, memulihkanku.

Masih Klise? Cobalah, dan mulailah perjalanan imanmu sendiri, maka kau akan mengerti …

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here