Sebuah pengungkapan yang menuduh penyanyi sekaligus penulis lagu Taiwan-Amerika Wang Leehom, yang populer sebagai idola dengan citra yang sangat baik, memiliki hubungan di luar nikah, meminta pelacur dan melakukan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) terhadap mantan istrinya secara emosional sekali lagi mendapat perhatian publik tentang perilaku tidak etis perilaku selebriti Tiongkok. Namun kali ini, lebih dari itu.
Surat yang ditulis oleh mantan istri Wang, Lee Jinglei, menyentuh hati sebagian besar netizen dengan logika yang jelas, kalimat yang fasih, dan empati tingkat tinggi. Banyak netizen mengatakan tidak heran dia bisa menulis surat yang begitu meyakinkan karena Lee adalah tipikal “siswa dengan nilai A” di Tiongkok.
Pertengkaran, liku-liku, dan pernikahan tragis dari pasangan ini menunjuk pada masalah yang lebih menggugah pikiran, situasi seorang ibu rumah tangga yang “putus asa”, seperti yang terjadi pada para tokoh utama perempuan dalam serial Desperate Housewives yang fenomenal.
Laporan media mengatakan Lee mendapatkan gelar sarjana dari Universitas Princeton dan gelar pascasarjana di Universitas Columbia di Amerika Serikat. Setelah lulus, ia menjadi analis di J.P. Morgan dan mendapatkan promosi tinggi hanya dalam dua tahun.
Namun, wanita pintar seperti itu berhenti dari pekerjaannya yang bergaji besar, menjadi ibu rumah tangga dan melahirkan tiga anak dalam waktu lima tahun setelah menikahi Wang, yang 10 tahun lebih tua, ketika dia berusia 27 tahun. Dalam surat itu, dia menggambarkan pengalamannya selama delapan tahun dalam peran sebagai “istri, ibu, babysitter, sopir dan asisten” yang mengabdikan diri untuk merawat anak-anaknya selama 24 jam sehari. Pekerjaan ini adalah “tidak ada waktu istirahat, tidak ada bayaran”.
Seperti yang diklaim Lee dalam suratnya, kisahnya memang terdengar sebagai peringatan tepat waktu bagi para wanita lainnya. Saat ini memang peluang perempuan untuk mendapat pendidikan dan bekerja mengalami peningkatan. Namun cukup sulit untuk membalikkan stereotip masyarakat bahwa tugas perempuan adalah mengurus keluarga.
Dari kasus Lee kita dapat belajar bahwa banyak perempuan yang siap menyerahkan karir mereka untuk keluarga, dan masyarakat harus berbuat lebih banyak untuk mengenali dan memberi kompensasi kepada para wanita untuk pekerjaan yang mereka lakukan di rumah.
Dalam perkembangan terakhir pertarungan tersebut, ayah Wang, Wang Dazhong, mengeluarkan pembelaan terhadap putranya melalui tulisan tangan, mengklaim bahwa Lee telah menggunakan kehamilan untuk memaksa putranya menikah. Lee membantah dengan bukti rinci pada Minggu (19/12) pagi dan meminta mantan suaminya itu untuk meminta maaf atau dia akan mengambil tindakan hukum terhadap keduanya.
Wang menanggapi di akun Sina Weibo-nya pada Minggu (19/12) malam, mengklarifikasi bahwa dia telah hidup di bawah bayang-bayang kengerian, pemerasan dan ancaman selama hampir enam tahun sampai mereka berpisah. Wang mengatakan mereka menemui terapis tetapi gagal menyelesaikan masalah. Dia menyangkal tidak setia kepada istrinya dan mengatakan bahwa dia akhirnya berkompromi dengan tuntutan Lee dengan memberinya 150 juta yuan (sekitar Rp 338 milyar) dan biaya hidup tambahan.
Pertarungan Lee juga berhasil mempersatukan netizen Taiwan dan Tiongkok daratan yang sebelumnya berseteru, dimana keduanya memberikan dukungan mereka di belakang Lee, mendesak Wang untuk bertanggung jawab atas kesalahannya dan menuntut kompensasi atas waktu Lee sebagai “ibu rumah tangga penuh waktu.”
Pada akhirnya Wang menyerah dan menyatakan bahwa ia akan hiatus dari dunia hiburan dan meminta maaf kepada sang istri beserta anak-anak mereka. Wang juga mengatakan dia akan mencoba yang terbaik untuk memenuhi kebutuhan keuangan Lee dan anak-anak mereka, termasuk mengalihkan kepemilikan rumah tempat mereka tinggal atas nama sang mantan istri.
Keputusan Wang mendapat reaksi yang beragam dan tentunya diharapkan oleh para pendukung kualitas gender akan mengarah pada perlindungan yang lebih besar bagi kaum perempuan.