Review The Kinnaree Conspiracy: Agak Bosan, Percikkan Benci-Cinta Yaya Urassaya dan Nadech Kugimiya Gemas!

Drama Thailand The Kinnaree Conspiracy atau Lai Kinnaree yang ditunggu-tunggu telah rilis di Netflix per Rabu 13 Desember 2022. Dibintangi oleh Yaya Urassaya dan Nadech Kugimiya, serial produksi CH3 Thailand ini menduduki rating nomor 4 di negaranya dan sudah tamat di sana, per Selasa 12 Desember lalu. Untuk itu, Netflix telah mengeluarkan seluruh episodenya hingga tamat. Total sebanyak 16 episode.

Yaya Urassaya dan Nadech Kugimiya adalah real couple in real life, pasangan favorit on-screen dan off-screen yang drama-drama-nya selalu menuai sukses dan dinanti. Beberapa drama Yaya Urassaya yang dikeluarkan Netflix seperti Bad Romeo, Thai Cave Rescue, berhasil menyedot penonton. Pun di akhir tahun hingga awal tahun nanti, Yaya masih menjanjikan satu drama yang bakal hit, Love at First Night bersama Mark Prin.

Cinta Segitiga Yaya, Nadech, dan Chaiyapol

Rabu (13/12) episode 1 dan 2 The Kinnaree Conspiracy dikeluarkan lebih dulu. Berlatar Thailand di masa klasik, masa kolonial. Di mana, hubungan diplomatik Thailand dan negara-negara asing terjalin baik, khususnya di bidang perdagangan. Episode pertama dibuka dengan pelarian seorang tahanan, dan pengenalan karakter tokoh utama, yakni Count In (Nadech Kugimiya) seorang bangsawan dan kepala keamanan di Ayyuthaya, Lady Pudsorn (Yaya Urassaya) Dokter Perempuan di masa itu, serta seorang perwira Prancis Robert (Chaiyapol Julien).

Ketiga karakter ini dipertemukan karena munculnya mayat seorang pria Prancis, Kapten Jean, dalam keadaan telanjang. Lady Pudsorn menawarkan diri mengidentifikasi penyebab kematian. Count In yang merasa berkuasa di daerah tersebut tak terima Lady Pudsorn mengidentifikasi mayat dan merendahkan kemampuan Lady Pudsorn karena ia wanita. Sementara Robert memercayai dan mengandalkan wawasan dan pengetahuan Lady Pudsorn.

Episode pertama ini, jujur, agak membosankan. Latar Thailand di masa lalu digambarkan baik, lewat kostum, set, penokohannya pun baik. Namun cerita rasanya berjalan agak lambat. Potensi cinta segitiga di antara tokoh Robert, COunt In, dan Lady Pudsorn sudah dapat terasa di awal. Satu-satunya hiburan di sini, mungkin percikkan benci-bencinya Count In dan Lady Pudsorn. Count In memandang rendah wanita, sementara Lady Pudosorn–tipe wanita idealis, modern di zamannya sangat kesal dengan bagaimana Cont In memandang perempuan di era itu.

Mungkin harapan cerita ini bakal greget ada pada perkembangan cerita dua tokoh kita count In dan Lady Pudsorn. Semoga episode-episode selanjutnya bisa lebih seru dan mengigit.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here