Mengenang Legenda Sepak Bola Lazio Sinisa Mihajlovic: Berjuang Melawan Leukemia

Legenda sepak bola Lazio dan Yugoslavia Sinisa Mihajlovic meninggal dunia di usia 53 tahun. Eks pelatih AC Milan itu meninggal usai berjuang melawan leukemia yang diidapnya sejak lama.

Sinisa Mihajlovic kini sudah tidak sakit lagi. Setelah berjuang selama lebih dari tiga tahun melawan Leukemia, Mihajlovic mengembuskan napas terakhir di sebuah klinik di Roma pada Jumat (16/12) waktu setempat. 

Dalam penghormatan oleh surat kabar olahraga Italia Gazzetta dello Sport, Mihajlovic digambarkan sebagai ‘pria yang lahir dua kali’, menjalani dua kehidupan sebelum dan sesudah diagnosis leukemia tetapi dengan semangat pejuang yang sama. 

Mihajlovic bermain 63 kali dan mencetak 10 gol untuk Yugoslavia antara tahun 1991 dan 2003, bermain di Piala Dunia 1998 dan Euro 2000. Karier klubnya dimulai untuk Red Star Belgrade di negara asalnya.

Dia membantu mereka memenangkan Piala Eropa pada 1991, sebelum pindah ke Italia. Tercatat dia pernah bermain untuk klub Serie A terkenal AS Roma, Sampdoria, Lazio, dan Inter Milan.

Enam musim bersama Lazio, Mihajlovic meraih sukses besar. Dia membantu mereka meraih gelar Serie A pada 1999-2000 dan Piala Winners Eropa pada 1998-1999.

Dia juga merebut Scudetto kedua bersama Inter Milan di musim 2005-06 serta empat Piala Italia secara keseluruhan. Meskipun seorang bek, Mihajlovic adalah pengambil tendangan bebas yang sangat kuat, mencetak beberapa gol menakjubkan dari bola mati selama kariernya.

Dia mengatakan, “Saya tidak terlalu menyukai sepak bola, tetapi tendangan bebasnya bagus. Bagi saya, itulah sepak bola. Jika tidak ada itu, saya mungkin tidak akan bermain.”

Dalam tweetnya Serie A merasa sangat sedih dengan meninggalnya Siniša Mihajlovic, ikon sepak bola dan kehidupan. “Kelasnya yang murni sebagai pesepakbola dan pelatih, kekuatannya dan kemanusiaannya adalah contoh yang meninggalkan jejak yang tak terhapuskan di sepak bola Italia dan dunia.”

Mengutip DailyMail, Mihajlovic pertama kali didiagnosis menderita leukemia akut pada Juli 2019 tetapi melanjutkan tugas kepelatihannya di Bologna meski menjalani perawatan sumsum tulang dan tiga siklus kemoterapi.

Mengumumkan diagnosisnya pada konferensi pers, dia berkata, “Saya menderita leukemia tetapi saya akan mengalahkannya dengan bermain menyerang.”

Sayangnya, penyakitnya kambuh kembali pada Maret dan dia harus menjalani pengobatan lagi. Hingga akhirnya mengembuskan napas terakhir di sebuah klinik di Roma. Selamat jalan Sinisa.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here