Kisah Nyata Tentang Pembunuhan yang Menjadi Inspirasi Film yang Dibintangi Lady Gaga House of Gucci

Tiga tahun setelah menerima Oscar untuk kategori Lagu Orisinal Terbaik lewat film A Star Is Born, Lady Gaga akan kembali ke layar lebar musim gugur ini dengan membintangi film drama kriminal yang diarahkan sutradara ternama Ridley Scott, The House of Gucci.

Bersama Adam Driver (Maurizio Gucci), Al Pacino (Aldo Gucci), Jared Leto (Paolo Gucci), dan Salma Hayek (Pina Auriemma), penyanyi sekaligus aktris keturunan Italia ini akan mengungkap kisah luar biasa Patrizia Reggiani, sosialita Italia yang dijuluki Black Widow akibat terlibat dalam pembunuhan terhadap mantan suaminya, Maurizio Gucci.

Pada tahun  1990-an, sosialita ternama itu dihukum karena mengatur pembunuhan terhadap mantan suaminya, yang merupakan pewaris rumah mode Gucci, Maurizio Gucci. itu Kasus teersebut menciptakan pengadilan terbesar pada abad ini di Italia. Sebelum The House of Gucci tayang di bioskop pada tanggal 24 November, kamu bisa simak kisah nyata di balik peristiwa ini!

Berkenalan dengan Maurizio Gucci dan Patrizia Reggiani

Momen pernikahan Maurizio Gucci dan Patricia Reggiani di tahun 1972 (sumber foto: Twitter)

Maurizio Gucci adalah cucu dari pendiri rumah mode Gucci, Guccio Gucci, sementara Patrizia Reggiani adalah seorang sosialita Italia dan putri seorang raja truk. Mereka bertemu di sebuah pesta di Milan dan menikah pada tahun 1972 ketika keduanya berusia 24 tahun dan bersama keduanya mendapatkan dua orang putri yang diberi nama Allegra dan Alessandra.

Selama lebih dari satu dekade, pasangan itu tampaknya hidup dalam pernikahan yang bahagia, dengan gaya hidup mewah yang membuat mereka menjadi favorit pers Italia. Sebagai salah satu pasangan selebriti terkaya, British Vogue melaporkan bahwa ketika mengunjungi kota New York, mereka diantar berkeliling di dalam mobil dengan plat nomor “Mauizia”,  kombinasi nama mereka. Pasangan tersebut juga memiliki pulau dan properti pribadi di berbagai lokasi di seluruh dunia termasuk Saint Moritz, Connecticut, dan Acapulco. Menurut The Guardian, dalam kalangan elit Patrizia mendapat julukan sebagai “Liz Taylor dari label mewah” dan menjadi tuan rumah pesta bertema glamor yang dihadiri oleh keluarga Kennedy.

“Maurizio merasa bebas dengan saya. Kami bersenang-senang, kami adalah sebuah tim,” ungkap Patrizia kepada surat kabar Inggris pada tahun 2016. “Kami adalah pasangan yang serasi dan kami memiliki kehidupan yang indah, tentu saja.”

Namun hubungan mereka memburuk pada tahun 1983 ketika ayah Maurizio, aktor Rodolfo Gucci, meninggal. Pada saat itu, Maurizio mewarisi 50% saham di perusahaan keluarga dan menjadi pemimpinnya. Patrizia sangat tidak setuju dengan keputusan bisnis suaminya yang buruk, termasuk menjual saham Gucci yang dilaporkan Forbes seharga US$135 juta (Rp 1,9 triliun) melalui perusahaan perbankan investasi yang berbasis di Bahrain, Investcorp.

“Maurizio menjadi gila,” katanya kepada The Guardian. “Sampai saat itu saya adalah penasihat utamanya tentang semua masalah Gucci. Tapi dia ingin menjadi yang terbaik, dan dia berhenti mendengarkan saya… Saya marah kepada Maurizio tentang banyak hal saat itu. Tapi di atas segalanya, ini. Kehilangan bisnis keluarga. Itu bodoh. Itu adalah sebuah kegagalan. Saya dipenuhi dengan kemarahan, tetapi tidak ada yang bisa saya lakukan. ”

Setelah mengaku akan pergi dalam perjalanan bisnis, Maurizio meninggalkan Patrizia pada tahun 1985. Sebagai pemimpin grup Gucci, dia gagal menjalankan perusahaan dan menyebabkan perusahaan di ambang kebangkrutan. Pada tahun 1993, dia terpaksa menjual saham bisnisnya ke Investcorp senilai US$170 juta (Rp 2,4 triliun), sebagaimana dilansir melalui Wikipedia. Maurizio juga memiliki pacar baru, seorang desainer interior yang juga teman masa kecilnya, Paola Franchi.

Pada tahun 1994, Patrizia menerima harta gono gini setelah keputusan final perceraian mereka yang menghasilkan uang sebesar US$ 1 juta (Rp 14,3 miliar) setahun, satu dekade setelah mereka berpisah, tetapi secara terbuka dia mengungkapkan masih sangat membenci mantan suaminya.

Forbes melaporkan bahwa pada saat itu, dimana Patrizia berkata kepada pers, “Dia baru-baru ini memberi tahu saya: ‘Apakah kamu tahu mengapa pernikahan kita gagal? Karena kamu menganggap diri kamu sebagai pemimpin, dan di sini hanya ada satu pemimpin.’”

Pembunuhan Maurizio Gucci

Maurizio Gucci and Patrizia Reggiani saat masih bersama (sumber foto: Twitter)

Pada pagi hari di tanggal 27 Maret 1995, Maurizio ditembak mati sebanyak 3 kali di tangga kantor pribadinya di Milan. Tragedi itu dianggap sebagai pembunuhan, dan karena Maurizio adalah sosok yang terkenal, pihak berwenang memiliki berbagai teori tentang identitas dan motif si pembunuh.

Tersangka yang jelas adalah Patrizia, yang sangat vokal menghina mantan suaminya dan ingin melihatnya mati. “‘Saya sangat marah dengan Maurizio,” ujarnya dalam film dokumenter tahun 2021, Lady Gucci: The Story of Patrizia Reggiani. “Saya berkeliling bertanya kepada semua orang, bahkan pedagang lokal, apakah ada seseorang yang berani membunuh suami saya? Saya tidak bisa mengarahkan senjata dengan baik, aya tidak bisa melakukannya sendiri.'”

Namun, tanpa bukti yang sah, polisi tidak dapat menuntut siapa pun. Tidak sampai dua tahun kemudian pada Januari 1997 polisi Italia menerima bisikan anonim yang memicu penyelidikan yang mengarah kepada Patrizia. Menurut Forbes, pihak kepolisian segera menemukan bahwa sang mantan istri berkolusi dengan teman dan paranormalnya, Pina Auriemma, dan setuju untuk membayar Auriemma 600 juta lira (US$365.000 = Rp 5,2 miliar) sebagai biaya atas pembunuhan Maurizio

Auriemma kemudian menghubungi seorang kenalan, porter hotel yang biasa mengambil shift malam, Ivano Savoni, untuk meminta bantuannya. Savioni kemudian menceritakan keinginan kenalannya itu kepada Orazio Cicala, yang mempertemukannya dengan sang pembunuh, Benedetto Ceraulo. Para pelakunya, termasuk Patrizia, berhasil diketahui oleh pihak berwajib ketika seorang petugas polisi merekam panggilan telepon kepada mereka dengan berpura – pura sebagai pembunuh bayaran yang mengancam Patrizia untuk membayar sisa uang kepada kelompok tersebut. Pada tanggal 31 Januari 1997, kelimanya ditangkap dan didakwa dengan pembunuhan berencana sehubungan dengan kematian Maurizio.

Patrizia Reggiani dijuluki sebagai Black Widow selama persidangan oleh Media

Patrizia Reggiani saat persidangan pembunuhan sang mantan suami (sumber foto: Google)

Tentu saja, penangkapan Patrizia dan hubungannya dengan pembunuhan suaminya memicu badai di kalangan media. Dijuluki Black Widow, persidangan sensasional yang berlangsung di tahun 1998 itu disorot oleh kepribadian Patizia yang penuh warna dan tidak menyesali perbuatan yang dilakukannya. Jaksa menuduh Patrizia termotivasi oleh keserakahan dan kecemburuan terhadap pasangan baru mantannya, Franchi.

Adapun bukti yang memberatkan sang mantan Nyonya Gucci, terdapat saksi yang membuktikan Patrizia mencari pembunuh bayaran di seluruh kota dan menuliskan satu kata yang dalam buku harian Cartier-nya di hari Maurizio terbunuh yaitu Paradeisos atau dalam bahasa Yunani disebut sebagai surga.

“Saya pikir Patrizia sangat terganggu karena dia tidak bisa menyebut dirinya Gucci lagi,” kata Franchi di pengadilan.

Namun sepanjang persidangan, Patrizia membantah secara langsung telah memerintahkan pembunuhan Maurizio. Sebaliknya, pengacaranya bersikeras bahwa Auriemma memeras dan menjebaknya untuk pembayaran, meskipun Reggiani membantah dirinya sendiri di pengadilan dengan mengatakan, “Pembunuhan itu bernilai setiap lira.” Pengacaranya juga berpendapat bahwa tumor otak yang diidap Patrizia dimana ia pernah menjalani operasi untuk mengangkatnya di tahun 1992, mengganggu mental sang sosialita, membuatnya tidak mampu merencanakan kejahatan.

“Di mata Pina, Patrizia Reggiani Martinelli adalah sapi emas, yang harus diperah demi uang,” kata mereka.

Patrizia berkata di acara TV Storye Maledette, “Saya harus mengakui bahwa untuk sementara waktu, saya benar-benar ingin menyingkirkannya. Saya ingin melakukannya, jadi saya berkeliling meminta orang untuk melakukannya. Tapi niat saya berakhir di sana. Obsesi belaka, keinginan belaka. Istri mana yang tidak pernah berkata, ‘Saya akan membunuh pria itu?’”

Setelah persidangan selama lima bulan, Patrizia dan rekan lainnya dihukum karena pembunuhan berencana. Sang sosialita divonis 29 tahun penjara.

(berbagai sumber)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here